Diaspora tuan Yahudi

Studi baru-baru ini telah menemukan bahwa asal-usul suku Afridi Pathan di sebuah kota kecil bernama Uttar Pradesh berasal dari ‘suku hilang’ Israel yang sesuai dengan Bibel. Namun suku Pathan tidak bersedia menerima diri mereka sebagai Yahudi. Malihabad, sebuah kota kecil yang terkenal akan buah-buahannya, di daerah pinggiran Lucknow, akan menarik perhatian Anda. Tempat yang mahsyur dengan buah mangga Dussheri yang manis dan harum itu telah melahirkan beberapa syair Urdu dan Persia terindah. Dan pernyataan tersebut tak berakhir di situ. Kota berdebu itu kini dianggap memiliki sesuatu yang dapat ditelusuri hingga masa Bibel. Di antara penduduk Malihabad terdapat sebuah suku berperawakan tinggi, berkulit kuning langsat, dan bertubuh tegap, yang menyebut diri mereka sebagai penyair dan prajurit Afridi Pathan. Selain itu, sebuah panah raksasa yang terletak di gerbang masuk kota didedikasikan untuk Bab-e-Goya, seorang penyair dan prajurit terkenal. Namun bukti-bukti yang berkembang menyiratkan bahwa leluhur mereka bukanlah Muslim tapi Israel dan mereka sebenarnya bukan berasal dari wilayah Afghanistan-Pakistan tapi ternyata merupakan salah satu ‘suku hilang’ Israel. Di Malihabad, di jantung kota Uttar Pradesh, mereka sangat menonjol dengan ciri-ciri fisik mereka yang unik.

Kini sebuah studi yang dilakukan oleh salah satu anggota suku mereka sendiri, Navras Jaat Aafreedi, yang dipublikasikan baru-baru ini dalam bentuk e-book berjudul “The Indian Jewry & The Self-Professed ‘Lost Tribes of Israel’ in India”, menelusuri garis silsilah mereka hingga ke salah satu ‘suku hilang’ Israel. Navras mengatakan, “Tujuan utama penelitian ini (untuk gelar doktor dari Universitas Lucknow) adalah untuk menelusuri leluhur suku Afridi Pathan.” Untuk membuat studinya lebih kredibel, ia mendapat bantuan dari tim peneliti internasional termasuk Profesor Tudor Parfitt, direktur Centre of Jewish Studies di Universitas London, dan Dr Yulia Egorova, seorang ahli bahasa dan sejarah dari Rusia. Tim tersebut mengunjungi Malihabad dan mengumpulkan sampel DNA dari 50 pria Afridi yang tidak memiliki hubungan secara paternal, guna memperkuat informasi mengenai silsilah Israel mereka. Para peneliti mempelajari hubungan Israel dengan Pathan di beberapa daerah perbatasan Pakistan serta kaitannya dengan Afridi Pathan di Malihabad, Uttar Pradesh, dan Qaimganj (Farrukhabad), juga dengan suku Pathan di Aligarh, Sambhal, dan Barabanki, di samping suku-suku di Kashmir, Manipur, dan Guntur di Andhra Pradesh.

Para sejarawan dan ilmuwan seperti Profesor S.N. Sinha (mantan kepala departemen sejarah di Universitas Jamia Millia Islamia), dan Profesor V.D. Pandey (kepala departemen sejarah India zaman modern dan pertengahan di Universitas Lucknow), menyatakan bahwa penelitian Navras menjadi studi ‘yang penting’ mengenai Yahudi di India dan hubungannya dengan Uttar Pradesh. Menurut Bibel, terdapat 12 suku Israel. Kerajaan utara terdiri dari 10 suku yang dibuang dan kemudian dianggap ‘hilang’. Empat dari ‘suku hilang’ tersebut telah ditemukan di India: Afridi, Shinlung di Timur Laut, Yudu di Kashmir, dan suku non-Muslim di Guntur. Para sejarawan percaya bahwa Afghan adalah keturunan Israel – nama lain cucu Ibrahim, Jacob atau Yakub. Mereka datang ke wilayah yang dikenal sebagai Perbatasan Barat Laut dan Afghanistan; dan setelah pindah mereka dipanggil Afridan, dalam bahasa Persia berarti ‘baru tiba’ dan karena itu memperoleh sebutan ‘Afridi’. Banyak dari Afridi-Afghan masih mengikuti tradisi Yahudi seperti Sabbath dan khitanan pada hari ke-8 kelahiran bayi. “Ada 3 kelompok utama Israel atau Yahudi di India: Bene Israel (kelompok tebesar), Cochini (kelompok terkecil), dan Baghdadi. Pathan di Malihabad dan Farrukhabad menyebut diri mereka sebagai Bani Israel, yang berarti Anak-anak Israel (Children of Israel). Suku-suku Bani Israel juga ditemukan di Aligarh dan Sambhal, Moradabad.

Perkampungan Pathan-Afridi di Malihabad telah ada sejak tahun 1202, ketika desa Bakhtiarnagar didirikan oleh Mohammad Bakhtiar Khilji. Sebagian besar suku Pathan datang pada sekitar pertengahan abad 17 dan semua suku migran mengambil kepemilikan atas desa-desa di sekitar Malihabad. Namun, gelombang terbesar migran Pathan, terutama Afridi, tiba di Malihabad satu abad kemudian saat terjadi lima invasi Ahmad Shah Abdali antara tahun 1748 dan 1761. Banyak Israel-Afridi di Malihabad dan Qaimganj memperoleh kedudukan terkemuka di bidang peperangan, politik, literatur, dan olah raga. Jika Dr. Zakir Husain, seorang Israel-Pathan, Presiden India ke-3 dan pendiri Universitas Jamia Millia Islamia berasal dari Farrukhabad, Malihabad bangga memiliki Nawab Faqueer Mohammad Khan ‘Goya’ (penyair dan anggota istana Awadh yang kemudian pindah ke Pakistan), Ghaus Mohammad Khan (pemain tenis), dan Anwar Nadeem (artis, penulis, dan penyair).

Terdapat sekitar 1200 sampai 1300 suku Pathan di Malihabad, dan setengah dari mereka, menurut penelitian terbaru, adalah Israel-Afridi. Penelitian tersebut telah menimbulkan kegemparan di antara Afridi Pathan karena mereka tidak bersedia mengakui identitas ke-Yahudian mereka. Tidak seperti suku-suku lainnya yang telah bersedia menyatakan pertalian mereka dengan ‘suku hilang’ Israel, Afridi Pathan bersikap tdiak percaya tentang status ke-Yahudi-annya. Kengganan ini terbukti ketika Qavi Kamal Khan (91 tahun), salah satu anggota suku Afridi Pathan di kota, mengatakan, “Saya telah mendengar bahwa kami memiliki garis silsilah Israel, tapi kami bukan Yahudi. Kami adalah Afridi.” Namun, para sejarawan mempercayai penelitian Navras dapat menjadi tonggak penting dalam penelitian sejarah-genealogis yang berangkat dari Lucknow yang tak dikenal, untuk menemukan kembali pertalian yang hilang dalam perjalanan waktu. Studi tersebut, sekali lagi, membuktikan bahwa dunia ini ternyata adalah desa global.

Pada sekitar tahun 722 Sebelum Masehi, karena perang sipil Israel dan untuk kepentingan strategi, Assyria mendeportasi 10 suku Israel ke timur, menuju Persia (Iran). Seratus tahun kemudian, Babylonia mendeportasi suku yang tersisa, Yehudah dan Benjaminities, ke Babylon (Iraq). Yehudah kembali ke Israel dengan bantuan Cyrus Agung dari Persia, sementara 10 suku yang lain tak pernah kembali. Pencarian “10 Suku Israel” (Ten Tribes of Israel) adalah isu yang sangat kontroversial karena keturunan mereka kehilangan sebagian besar tradisi Israel dan tak memiliki Talmud (Oral Torah serupa dengan Hadits dalam Islam). Mungkin titik fokus yang menjauhkan upaya pencarian saudara-saudara Israel adalah perang sipil Israel setelah kekuasaan King Solomon, perang yang mempertemukan Yehudah (Judah) dengan suku-suku lainnya dan pada akhirnya mengakibatkan keruntuhan mereka secara kolektif. Karena itu, keturunan-keturunan ‘Suku Hilang’ tinggal dan tersebar di wilayah timur Israel yang kini dikenal sebagai Iran, Afghanistan, Pakistan, Kashmir, India, Burma, dan bahkan China sebelah barat. Baca lebih lanjut

Ratap Tangis Di Al-Jazair (Sebuah Perjuangan Dakwah Yang Ternoda)

Aljazair adalah salah satu negara di Afrika Utara. Aljazair dijajah oleh Prancis yang membawa budaya dan agamanya di tengah-tengah kaum muslimin yang berbahasa Arab, sehingga gerakan Prancisiasi dan kristenisasi berjalan gencar di sana . Keadaan Aljazair kurang lebih sama dengan keadaan negara-negara kaum muslimin di dunia ini yang dijajah oleh imprealisme barat.

Jum’iyah Al-Ulama Al-Muslimin Al-Jazairiyyin dan perjuangannya : Pada tahun 1931 Syaikh Abdul Hamid Badis bersama para ulama Al-Jazair lainnya mendirikan organisasi Jum’iyah Al-Ulama Al-Muslimin Al-Jazairiyyin dan berjuang untuk membangun dakwah salafiyah di Aljazair. Ide pendirian organisasi ini timbul pada tahun 1913 yang dikemukakan oleh Ibnu Badis dalam pertemuan dengan temannya dari Al Jazair yang bernama Syaikh Muhammad Basyir Al-Ibrahim. Pertemuan ini berlangsung di Madinah. Syaikh Basyir –beliau juga seorang ulama Aljazair- menceritakan bahwa rekannya –Ibnu badis- mengajak berdiskusi dengannya setiap malam setelah shalat Isya’ di masjid Nabawi. Beliau duduk di rumah Basyir sampai waktu berangkat shalat shubuh dan berjama’ah di masjid Nabawi. Demikianlah kegiatan beliau setiap malam selama tiga bulan kunjungan Ibnu Badis di Madinah. Pada saat itu keadaan di Aljazair diliputi berbagai kebodohan terhadap agama, hingga bid’ah, syirik dan berbagai penyimpangan lainnya telah membudaya di sana . Thariqat sufiyah menguasai kehidupan keagamaan di Aljazair. Syaikh Abdul Hamid Badis kemudian mengibarkan bendera dakwah salafiyah dengan menyerang ahlu bid’ah dan para penyeleweng agama dalam majlis-majlis pengajian beliau di Aljazair. Baca lebih lanjut

Krisis di Palestina

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh, amma ba’du:

Sesungguhnya apa yang sedang di alami saudara-saudara kita kaum muslimin di Jalur Gaza yakni dalam bentuk pembunuhan, pembantaian dan penguasaan Yahudi mal’un (terlaknat) ialah dalam rangka menghinakan kaum mu’minin dan untuk menyiksa hati setiap muslim.

Yaa Allah, sungguh betapa murahnya dan rendahnya darah kaum muslimin. Yaa subhanallah, sungguh betapa kejinya fenomena pembunuhan yang terjadi atas jiwa-jiwa kaum mu’minin.

Maka berapa banyak dari jiwa-jiwa kaum muslimin yang mati, berapa banyak darah-darah kaum muslimin yang mengalir, berapa banyak wanita-wanita muslimah yang menjadi janda karena ditinggal mati suaminya, dan berapa banyak rumah-rumah yang hancur.

Sungguh berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilancarkan Yahudi di bumi Palestina dalam bentuk perampasan hak kaum muslimin tidaklah aneh mereka lakukan, begitu juga yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang semisal mereka.

Orang-orang Yahudi adalah kaum yang terkenal mencela Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

“Dan orang-orang Yahudi berkata: Tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah terbuka, Dia memberi rizki sebagaimana yang Dia kehendaki”. (Al-Ma’idah: 64) Baca lebih lanjut

Wawancara CBN NEWS Virginia Mengenai Laskar Jihad Dan Terorisme

Berikut wawancara CBN (Christian Broadcasting Network) News Virginia dengan Al Ustadz Ja’far Umar Thalib mengenai Laskar Jihad dan Terorisme

Lusile : Mr. Thalib, berapa lama anda menjadi Panglima Laskar Jihad ?

Ustadz : Saya membentuk dan memimpin Laskar Jihad sejak bulan April pada tahun 2000 sampai bulan Oktober 2002. Dan pada tanggal 7 Oktober tahun 2002 saya sendiri yang membubarkan Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah secara organisatoris.

Lusile : Apa visi anda membentuk Laskar Jihad ?

Ustadz : Visi kita membentuk Laskar Jihad tepatnya pada tanggal 6 April tahun 2000 itu ialah karena keputus-asaan kita, yakni harapan kita agar pemerintah Indonesia melindungi rakyatnya khususnya kaum Muslimin di Maluku. Sehingga dengan sebab itu kita tergerak untuk membentuk Laskar Jihad sebagai ganti daripada hak perlindungan yang hilang bagi umat Islam.

Lusile : Sebenarnya masalah yang terjadi di Maluku itu bagaimana ?

Ustadz : Di Maluku terjadi peristiwa pembantaian kaum muslimin sejak tanggal 19 Januari tahun 1999 yang dilakukan oleh kelompok RMS (Republik Maluku Selatan), dimana mereka menggunakan Gereja sebagai jalur mobilisasi gerakan dikalangan komunitas Kristen. Dan yang dijadikan sasaran ialah para penentang gerakan RMS yaitu kaum Muslimin.

Lusile : Apa benar Mr. Thalib yang memobilisasi kaum Muslimin untuk berangkat jihad ke Maluku ?

Ustadz : Ya, saya memobilisasi gerakan jihad ke bumi Maluku adalah untuk memerangi kelompok RMS, dimana mereka memangsa kaum Muslimin di Maluku sehingga seolah-olah kami berhadapan dengan komunitas Kristen disana, padahal sesungguhnya kami berhadapan dengan kelompok RMS ini. Sebab jika semata-mata hanya komunitas Kristen yang kita hadapi, maka sesungguhnya tidak perlu kami pergi ke Maluku, karena di Jogja sini banyak yang bisa kita lakukan. Namun permasalahannya bukan menghadapi komunitas Kristen atau Katolik, akan tetapi yang kita hadapi ialah kelompok RMS yang berlindung dibalik Gereja. Baca lebih lanjut

Pertemuan Abu Bakr Ba’asyir Dengan Al-Ustadz Ja’far Umar Thalib

Saya kembali menampilkan artikel ini dengan harap, seluruh umat Islam (khususnya Indonesia) dapat mengambil hikmahnya:

——————————————————–

Keterangan Mengenai Pertemuan Abu Bakr Ba’asyir dengan Ustadz Ja’far Umar Thalib di Bandung pada tanggal 13 Februari 2007 yang diselenggarakan oleh FUUI (Forum Ulama Umat Islam) Jawa Barat.

Menyikapi gencarnya berita tentang perseteruan antara Abu Bakr Ba’asyir dengan Ustadz Ja’far Umar Thalib di mass media, maka Ustadz Athian ‘Ali sebagai ketua FUUI Jawa Barat melalui sekretarisnya saudara Hedi Muhammad, menelpon Ustadz Ja’far Umar Thalib memintanya untuk bersedia dipertemukan dengan Abu Bakr Ba’asyir. Maka Ustadz Ja’far pun menyatakan kesediaannya untuk memenuhi undangan dari FUUI tersebut dan terjadilah pertemuan yang penuh kesialan itu.

Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Ustadz Athian ‘Ali, saudara Hedi Muhammad, Abu Bakr Ba’asyir dan Ustadz Ja’far Umar Thalib. Ke-empat peserta pertemuan tersebut telah sepakat untuk menjadikan pertemuan itu tertutup dari publik dan sepakat pula untuk tidak memberitakan isi pertemuan tersebut kepada publik. Namun sebagaimana kebiasaan seorang Hizbiy terlebih lagi Takfiri , mempunyai mental khianat setiap melakukan kesepakatan apapun. Dalam hal ini lakonnya hizbiy dan takfiri adalah Abu bakr Ba’asyir, dan muncul pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mempublikasikan berita tentang isi pertemuan tersebut di website swaramuslim.net (Kasus Poso: Ba’asyir Didzalimi Jakfar Umar Thalib) dengan berbagai manipulasi berita yang menjadi bumbu penyedap berita isi pertemuan tersebut. Baca lebih lanjut