Teror Paket Bom: Pengalihan Isu Dan Skenario Intelijen

Paket Bom: Ahmad Dani

Paket Bom: Ahmad Dani

Pengamat Intelijen Herman Ibrahim yakin bom buku yang dialamatkan kepada Ulil Abshar Abdala, Gories Mere dan Yapto Suryosumarno bukanlah dari kelompok Islam yang dituding radikal tetapi dari intelijen negara. Tujuannya untuk mengalihkan isu yang mendera pemerintah.

“Kalau itu dari kelompok radikal, itu bodoh sekali!” tegas Herman kepada mediaumat.com, Kamis (17/3). Karena hal itu akan menjatuhkan reputasi kelompok tersebut dan pencitraburukan terhadap perjuangan Islam.

Menurutnya, kalau memang niat, Ulil dapat dengan mudah ditusuk, selesai. Tidak pakai acara bom buku peringatan segala, sehingga membuat heboh media massa, tetapi Ulilnya tidak apa-apa.

Pengamat Intelijen Herman Ibrahim

Pengamat Intelijen Herman Ibrahim

Menurutnya, kuat dugaan bahwa intelijen negara tengah menjalankan operasi intelijen penggalangan untuk merubah persepsi masyarakat terhadap pemerintah.

“Operasi ini mirip Opsus Ali Murtopo dan petrus Beni Murdani,” ujarnya. Operasi yang dijalankan di era Soeharto untuk mengangat citra pemerintah dengan mengkambinghitamkan, menjebak, dan membunuh karakter kelompok-kelompok perjuangan Islam. Baca lebih lanjut

Komunitas Yahudi di Manado Kian Eksis

MANADO – Selama ini para pemeluk agama Yahudi di Indonesia memilih beribadah secara diam-diam. Tapi, di Manado, Sulawesi Utara, mereka semakin terbuka dalam beribadah. Jumlah komunitas mereka pun mencapai ratusan orang.

Di Manado dan sekitarnya, setidaknya ada dua bangunan khas Yahudi. Yakni, tempat ibadah atau yang biasa disebut sinagog dan menorah setinggi 62 kaki. Sinagog berada di Tondano, Kabupaten Minahasa, sekitar 35 kilometer dari Manado. Sedangkan menorah terletak di atas bukit Gunung Klabat di Kabupaten Minahasa Utara, sekitar 20 kilometer dari Manado.

Jawa Pos berkunjung ke sinagog tersebut Rabu (9/3) pekan lalu. Tempat ibadah itu sejatinya tidak terlalu besar. Sinagog di Tondano berdiri di atas lahan 400 meter persegi. Luas bangunan hanya 7 x 15 meter. Di bawah atap teras tertulis Ohel Yaakov Synagogue atau sinagog tempat Yaakov. “Kalau untuk orang muslim, tempat ibadah ini hanya semacam langgar (musala, Red), bukan masjid,” kata juru kunci sinagog Leo Van Beugen kepada Jawa Pos. Baca lebih lanjut

Yahudi di Indonesia Targetkan Lobi Israel di 33 Provinsi


JAKARTA – Salah satu tokoh Yahudi di Indonesia adalah Benjamin Ketang. Dia adalah direktur eksekutif Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC). Berbeda dengan Rabbi Yaakov Baruch yang fokus pada ibadah, Benjamin lebih fokus ke bisnis. Targetnya, mendirikan kantor perwakilan IIPAC di 33 provinsi.

“Ini seperti lembaga lobi. Kami murni di bisnis. Terutama yang langsung bersinggungan dengan rakyat,” kata Benjamin saat ditemui di Jakarta pekan lalu. IIPAC adalah lembaga yang didirikan pada 2002. Lembaga tersebut berkantor di Jember, Jawa Timur. Komite itu bertujuan menggalang kerja sama antara pemerintah Israel dan Indonesia. Selain itu, menghubungkan Indonesia dengan investor Yahudi meski bukan dari negara Israel.

Benjamin mengatakan, meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, kerja sama tetap bisa dilakukan. Memang, kerja sama tersebut bukan G to G alias antar pemerintah. Tetapi, antara investor dan pengusaha atau pemerintah daerah setempat.

IIPAC, lanjut Benjamin, merancang program-program yang langsung bersentuhan dengan rakyat. Di antaranya, pemberdayaan petani, nelayan, dan bidang perkebunan. “Ini bukan menyebarkan agama Yahudi atau politik Yahudi. Ini semata untuk bisnis,” tuturnya. Baca lebih lanjut

Yahudi di Indonesia Ingin jadi Agama Resmi


MANADO – Dulu, para pemeluk Yahudi di Manado mencantumkan agama lain di kartu tanda penduduk (KTP). Kini mereka ingin Yahudi ditulis sebagai agama resmi.

Bukan hanya itu. Mereka juga ingin pernikahan dengan ajaran Yahudi diakui secara resmi di Indonesia. Kata Rabbi Yaakov Baruch, pemimpin ibadah Yahudi di Manado, selama ini, jika menikah, kaum Yahudi di Indonesia “meminjam” prosesi agama yang mereka peluk. Itu agar pernikahan mereka diakui pemerintah.

Karena itu, Yaakov bersama anggota komunitas Yahudi lainnya sedang berupaya agar Yahudi diakui sebagai agama resmi di Indonesia. Selain itu, dia meminta agama Yahudi menjadi salah satu pilihan kolom agama di KTP. Mereka sudah menyewa pengacara untuk mengusahakannya, baik lewat jalur hukum formal maupun lobi-lobi. “Berkas-berkas sudah kami siapkan. Pengacara yang tahu detail teknisnya,” kata Yaakov yang juga dosen fakultas hukum ini.

Yaakov menuturkan, di masa pemerintahan Belanda di Indonesia, agama Yahudi diakui sebagai agama resmi. Begitu pula ketika masa pemerintahan Soekarno. Bahkan, hak penganut Yahudi sama dengan agama lainnya seperti Islam, Kristen, dan Katolik.

Yaakov lantas menunjukkan kopi surat lawas surat Menteri Agraria yang dirilis pada 1961. Surat tersebut menyatakan mengakui bahwa kaum agama Israelit (sebutan kaum Yahudi pada masa itu) diakui sebagai agama di Indonesia. “Kenapa sekarang tidak” Kami memiliki hak yang sama,” kata Yaakov. Baca lebih lanjut